Cari Blog Ini

Selasa, 18 Mei 2010

TEGAL GUBUG DAN AL ANWRIYAH


Perkembangan sejarah desa Tegalguubug saat sekarang ini tak lepas dari jasa-jasa Ki Suro yang lebih dikenal sebagai Ki Gede Suro alias Ki Suropati, yang telah meletakan dasar-dasar pemikiran dan keilmuannya yang dapat dikembangkan diantaranya adalah :
1. Perkembangan Agama dan Pendidikan.
2. Perkembangan Sosial (kemasyarakatan).
3. Perkembangan Kebudayaan (peradaban)
4. Perkembangan Ekonomi.
A. Perkembangan Di Bidang Agama dan Pendidikan
Dalam perkembangan Agama dan Pendidikan di Desa Tegalgubug tak terlepas dari jasa-jasa pendiri desa tersebut. Pada mulanya priode sekitar tahun 1589 (sekitar akhir abad 15) perkembangan Islam di Desa Tegalgubug merupakan Misi dan Visi yang dibawa oleh Kanjeng Syaikh Muhyiddin Walliyullah / Syaikh Abdurrohman / Ing Singa Sayakhsyayuda alias Ki Suro yang lebih dikenal dengan Sebutan Ki Gede Suropati beliau adalah seorang dari bangsa Arab (sumber lain mengatakan dari Mesir dan Baghdad). Dalam sebuah pengembaraan panjang dari Negeri Arab menuju pulau Jawa tepatnya di Negeri Cirebon, kemudian beliau berguru pada kanjeng Sunun Gunung Jati selama dua tahun lamanya, dan setelah dianggap cukup oleh Sunun Gunung Jati, lalu beliau diutus untuk menyebarkan luaskan informasi keislaman, diseluruh pelosok pedukuhan Jawa Barat, dalam penyebaran Agama Islam Ki Gede Suropati tak jarang menemui rintangan, diantarannya beliau harus menghadapi perang tanding dengan penggeden pedukuhan yang ada sekitar wilayah jawa barat, namun berkat kesaktian keilmuanya yang mandraguna, banyak daerah-daerah lain yang menjadi sasaran untuk penyebaran Agama Islam, termasuk didalamnya adalah desa Tegalgubug yang tak lepas dari perkembangan Islam pada masa lalu.
Kemudian perkembangan selanjutnya sejalan dengan perkembangan jaman sejak kepimpinan Ki Gede Suropati sampau sekarang ini, tak lepas dari peletakan nilai-nilai dasar keimanan dan keislaman yang kokoh oleh Ki Suropati. Setelah melewati beberapa dekade, mulai dari priode awal jaman Ki Gede Suropati sampai kepada priode modern sekarang ini, masyarakat Tegalgubug banyak mengalami perubahan-perubahan. Kalau dikelompokan menjadi empat priode yaitu :
1. priode klasik [tahun 1489-1650 M.] / [1489-1750 M]. Yaitu para jaman wali.
2. priode pertengahan [tahun 1750-1928 M.] / [1650-1928 M]. yaitu pada masa penjajahan kolonial belanda.
3. priode modern [tahun 1928-1945 M] / [1945-1996 M.]. yaitu pada masa Pra kemerdekaan, masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
4. priode reformasi [tahun 1997-sekarang]. Yaitu masa global sekarang ini.
Pada Priode Klasik [tahun 1489-1650 M.] / [1489-1750 M].
Pada Priode Klasik Islam berkembang masih sangat alami, terlihat dari cara penyebarannya dengan sistem pendekatan kebudayaan yang dinilai cukup berhasil, karena pada waktu itu kebanyakan masyarakat masih mempercayai Agama Nenek moyangnya, yaitu Animisme (Aliran kepercayaan terhdap benda) dan Dinamisme (aliran kepercayaan terhadap Ruh) dan Hindu, Budha. Yang cukup kental dengan nilai-nilai khurafat (berbau mistik dan syirik) maka Ki Gede Suropati dengan telaten dan sabar dalam penyebaran Agama Islam, telah banyak membawa banyak perubahan dan perkembangannya agana islam dengan sangat pesat dan maju sehingga menjadi masyarakat yang relegius. Kemudian dengan pesatnya islam berkembang dapat mempengaruhi perkembangan bidang lain diantaranya Sosial, Budaya, pendidikan, dan ekonomi selama 16 tahun dari tahun 1489-1750. Diantara tokoh perintis dan pengembangan pada priode ini ialah :
1. Ki Gede Suropati
2. Ki Qomarudin / Ki Musthofa / Ki Talim / Ki Budug (ajudan Ki Suropati) Blok Telar Baru Tegalgubug I.
3. Ki Tameng Pati / Elang Bagus Muja (Blok Rembes Tegalgubug III).
4. Ki Kuta (Blok Rembes Tegalgubug III)
5. Ki Abdul Majid (Blok Rembes Tegalgubug III).
6. Syaikh Abdul Jamil (Pembantunya Ki Kuta)
Pada Priode Pertengahan [tahun 1750-1928 M.] / [1650-1928 M].